Selasa, 30 Juni 2009

KETERLEKATAN PERILAKU EKONOMI DALAM HUBUNGAN SOSIAL



KONSEP KETERLEKATAN

Konsep ini digunakan untuk menjelaskan fenomena perilaku ekonomi dalam hubungan sosial. Konsep keterlekatan, menurut Granovetter, merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung di antara para aktor. Ini tidak hanya terbatas terhadap tindakan aktor individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti penetapan harga dan institusi-institusi ekonomi, yang semuanya terpendam dalam suatu jaringan hubungan sosial. Adapun yang dimaksudkan jaringan hubungan sosial ialah sebagai “Suatu rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama di antara individu-individu atau kelompok-kelompok.”

Cara seorang terlekat dalam jaringan hubungan sosial adalah penting dalam penentuan banyaknya tindakan sosial dan jumlah dari hasil institusional. Misalnya, apa yang terjadi dalam produksi, distribusi dan konsumsi sangat banyak dipengaruhi oleh keterlekatan orang dalam hubungan sosial.

KETERLEKATAN EKONOMI DALAM MASYARAKAT MODERN

Menurut Polanyi dan kawan-kawan ([1957]1971:43,68) ekonomi dalam masyarakat pra-industri melekat dalam institusi-institusi sosial,politik, dan agama. Ini berarti bahwa fenomena seperti perdagangan, uang dan pasar diilhami tujuan selain dari mencari keuntungan. Kehidupan ekonomi dalam masyarakat pra-industri diatur oleh resiprositas dan redistribusi.

Permintaan dan penawaran bukan sebagai pembentuk harga tetapi lebih kepada tradisi atau otoritas politik. Sebaliknya dalam masyarakat modern, “Pasar yang menetapkan harga” diatur oleh suatu logika baru, yaitu logika yang menyatakan bahwa tindakan ekonomi tidak mesti melekat dalam masyrakat. Dengan kata lain, ekonomi terstrukturatas dasar pasar yang mengatur dirinya sendiri dan secara radikal melepaskan dirinya dari institusi sosial lainnya untuk berfungsi menurut hukumnya. Jadi ekonomi dalam tipe masyarakat seperti ini, ditegaskan sekali lagi, diatur oleh harga pasar, yang mana manusia berperilaku dalam suatu cara tertentu untuk mencapai perolehan yang maksimum.

Dalam membahas keterlekatan ekonomi dalam masyarakat. Poanya mengajukan tiga tipe proses ekonomi yaitu resiprositas, redistribusi, dan pertukaran. Itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara individu-individu sering dilakukan. Hal ini terjadi karena adanya komunitas politik yang terpusat. Misalnya pada kerajaan-kerajaan Jawa tradisional, raja mempunyai hak untuk mengumpulkan pajak dari rakyatnya. Sebaliknya rakyat akan mendapat perlindungan keamanan maupun “berkah” dari pusat(raja). Acara sekatenan yang diadakan sekali setahun merupakan satu contoh redistribusi yang dilakukan oleh pusat.

Granovetter dan Swedberg (1992) tidak setuju dengan Polanyi tentang tingkat atau derajat dari keterlekatan. Dia menegaskan bahwa tindakan ekonomi dalam masyarakat industri juga melekat sebagaimana yang terjadi dalam masyarakat pra-industri, dengan tingkat dan level yang berbeda.

Behavoiur (1976), mulai dengan beberapa unit perilaku atau aktor yang diasumsikan “berperilaku rasional” . Berperilaku rasional berarti memaksimalkan keajengan perilaku yang diantisipasi atau diharapkan akan membawa imbalan atau hasil di masa akan datang.

Dalam hal ini rasional berarti :

  • Aktor melakukan perhitungan dari pemanfaatan atau preferensi dalam pemilihan suatu bentuk tindakan.
  • Aktor juga menghitung biaya bagi setiap jalur perilaku.
  • Aktor berusaha memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai pilihan tertentu.

Menurut Granovetter (1989), pendekatan pilihan rasional adalah bentuk ekstrem dari indivudualisme metodologis yang mencoba meletakkan suatu superstruktur yang luas diatas fundamen yang sempit, karena pendekatan pilihan rasional tidak memperhatikan secara serius pentingnya struktur jaringan sosial dan bagaimana struktur ini mempengaruhi hasil secara keseluruhan.

KETERLEKATAN VERSUS PILIHAN RASIONAL

Behaviour (1976), mulai dengan beberapa unit perilaku atau aktor yang diasumsikan “ber[erilaku rasional “. Berperilaku rasional” berarti memaksimalkan keajegan perilaku yang diantisipasi atau diharapkan akan emmbawa imbalan atau hasil di masa akan datang. Dalam hal ini rasional berararti:

v Aktor melakukan perhitungan dari pemanfaatan atau preferensi dalam pemilihan suatu bentuk tindakan.

v Aktor juga menghitung ibiaya bagi setiap jalur perilaku.

v Aktor bersuaha memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai pilihan tertentu.

KETERLEKATAN VERSUS EKONOMI INSITUSI BARU

Ekonomi Institusi Baru (EIB) berasal dari perluasan analisis ekonomi dalam rangka memasukkan institusi-institusi sosial ke dalam cakupan perhatian. Beberapa kepercayaan umum yang dimiliki oleh teoritisi Ekonomi Instituisi Baru adalah :

ü Arus utama ekonomi harus berhubungan dengan institusi-institusi.

ü Analisis insttitusi-institusi yang selama ini terabaikan dapat dilakukan secara langsung atas dasar prinsip-prinsip ekonomi neo-klasik.

Menurut Granovetter dan Swedberg (1992) teoretisi EIB merupakan suatu kumpulan ekonom yang heterogen.

Lebih lanjut Granovetter menegaskan bahwa institusi tidak dapat dijelakan pada prinsip-prinsip ekonomi neoklasik, khususnya efisiensi; instituisi yang ada akan lebih tepat bila dipandang sebagai konstruksi sosial atas kenyataan. Dengan demikian, insituisi ekonomi, dikonstruksi dengan mobilisasi sumber-sumber melalui jaringan sosial; dan dibangun dengan pertimbangan latar belakang masyarakat,politik, pasar, dan teknologi.

PENERAPAN KONSEP KETERLEKATAN

Dalam perilaku ekonomi tersebut melekat konsep kepercayaan (trust). Kepercayaan merupakan institusi sosial yang berakar dari hasil evolusi kekuatan-kekuatan politik,sosial,sejarah dan hukum, dipandang sebagai solusi yang efisien terhadap fenomena ekonomi tertentu.

Sebaliknya pendekatan aktor yang lebih tersosialisasi memandang bahwa kepercayaan merupakan moralitas umum dalam perilaku ekonomi. Moralitas tersebut dipandang sesuatu yang umum dan universal terjadi dalam perilaku ekonomi.

Kedua pendekatan tersebut diatas mengabaikan identitas dan hubungan masa lampau para aktor yang terlibat dalam suatu interaksi sosial. Oleh karena itu pendekatan sosiologi ekonomi baru atau sering juga disebut pendekatan “keterlekatan” mengajukan pandangan yang lebih dinamis, yaitu bahwa kepercayaan tidak mucul dengan seketika tetapi terbit dari proses hubungan antar pribadi dari aktor-aktor yang sudah lama terlibat dalam perilaku ekonomi secara bersama.

JARINGAN SOSIAL DALAM KEHIDUPAN EKONOMI

Bagi sosiolog studi tentang jaringan sosial telah dikenal sejak 1960-an, yang dihubungkan dengan bagaimana individu terkait antara satu dengan lainnya dan bagaimana ikatan afiliasi melayani baik sebagai pelicin untuk memperoleh sesuatu yang dikerjakan maupun sebagai perkeat yang memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosial. Pada tingkatan antar individu, jaringan sosial dapat dedefenisikan sebagai rangkaian hubungan yang khas diantara sejumlah orang dengan sifat tambahan, yang ciri-ciri dari hubungan ini sebagai ini sebagai keseluruhan, yang digunakan untuk menginterpretasikan tingkah laku sosial dari individu-individu yang terlibat.

Berdasarkan literatur yang berkembang, Powell dan Smith Doerr (1994) mengajukan dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami jaringan sosial, yaitu pendekatan analisis atau abstrak dan pendekatan preskriptif atau studi kasus. Pendekatan analisis terhadap jaringan sosial menekankan analisis abstrak pada :

a. Pola Informal dalam organisasi, pada dasarnya area ini memiliki kerangka pemikiran yaitu hubungan informal sebagai pusat kehidupan politik organisasi-organisasi.

b. Jaringan juga memperhatikan tentang bagaimana lingkungan di dalam organisasi dikonstruksi.

c. Sebagai suatu alat penelitian formal untuk menganalis kekuasaan dan otonomi.

Pendekatan preskriptif memandang jaringan sosial sebagai pengaturan logika atau sebagai suatu cara menggerakkan hubungan-hubungan di antara para aktor ekonomi. Pendekatan ini cenderung untuk melihat motif yang berbeda dalam kehidupan ekonomi seperti analisis jaringan sosial dalam pasar tenaga kerja,etika bisnis, dan organisasi dari kelompok bisnis.

Persamaan antara pendekatan analitis dan pendekatan preskriptif didsarkan atas kerangka kerja konseptual dari :

v Keterlekatan, resiprositas dan koneksi.

v Pemakain bahasa dan model tindakan.

Baik pendekatan analitis maupun pendekatan preskriptif mempunyai keterbatasan. Keadaan tersebut menyebabkan kedua pendekatan tersebut tidak mampu melihat keseluruhan struktur atau bentuk dan isi jaringan sosial secara mendalam. Sebaliknya, pendekatan yang berorientasi abstrak sering terlalu sedikit memberi perhatian pada substansi.

Dalam melakukan penelitian tentang jaringan sosial, terdapat empat bidang penelitian yang dapat dikerjakan oleh sosiolog.

1. JARINGAN INFORMAL DARI AKSES DAN KESEMPATAN

Pada Bidang ini penelitian yang telah dilakukan difokuskan pada penggunaan jaringan sosial dalam pekerjaan : moblisasi dan difusi. Jaringan sosial memudahkan mobilisasi sumber daya. Mempertahankan seseorang untuk memegang suatu jabatan atau membangun usaha bisnis, membutuhkan suatu kemampuan untuk mengerakkan sumber daya dalam bentuk informasi dan finansial. Jaringan komunikasi memainkan peranan penting dalam penyebaran model, struktur, praktek dan budaya bisnis.

2. JARINGAN FORMAL PENGARUH DAN KEKUASAAN

Bagian ini menggunakan pendekatan analitis untuk menjelaskan kekuasaan aktor-aktor ekonomi. (Mintz dan Scwartz,1985;Burt,1992;Mizruchi,1992). Kubu pemikiran ini mempercayai bahwa “Kekuasaan melekat secara situasional, ia bersifat dinamis dan tidak stabil secara potensial.” Sementara itu menurut Powell dan Smith-Doerr, kekuasaan itu sendiri didefenisikan sebagai otoritas formal, pengaruh formal, dan dominasi . Analisis jaringan sosial tentang kekuasaan terdiri dari legitimasi, informasi dan kekuatan. Kekuasaan berada dalam posisi struktural.

Dalam memahami jaringan sosial dalam kekuasaan dapat didekati dengan tiga perspektif, yaitu pertukaran sosial,ketergantungan sumber daya, dan kelas sosial.

3. Organisasi sebagai jaringan sosial dari perjanjian

Analisis jaringan organisasi didasarkan atas organisasi formal dan organisasi informal. Menurut Dalton (1959:219) formal berarti sesuatu yang direncanakan dan disetujui atasnya sedangkan informal berarti ikatan-ikatan yang spontan dan fleksibel di antara anggota-anggota yang dituntun oleh perasaan-perasaan dan kepentingan pribadi yang tidak dapt dipertahankan oleh kegiatan formal. Organisasi formal biasanya mempunyai struktur hirearkis, dihubungkan secara mendalam dengan jaringan yang lebih luas, sedangkan jaringan informal dapat tidak memihak dan menembus batas struktur yang hirearkis. Jaringan memberikan suatu cara bagi perusahaan besar untuk mengamankan taruhannya dalam menghadapi ketidakpastian dan hambatan pasar.

4. Jaringan Sosial dari Produksi

Seperti juga jaringan lain, pada jaringan sosial dari produksi memandang penting arti dari suatu kepercayaan (trust). Misalnya dalam suatu proses monitoring kegiatan produksi maka akan lebih mudah dan lebih alami serta sangat efektif apabila dilakukan oleh teman sejawat dibandingkan atasan.

Powell dan Smith-Doerr (1994) mengajukan empat tipe jaringan produksi secara bersama, yaitu regional, penelitian dan pengembangan, kelompok bisnis, aliansi strategis dan produksi bersama.

Tipe penelitian dan pengembangan merupakan jaringan sosial dari produksi yang berlandaskan atas kerja sama ilmiah. Jaringan sosial dari produksi yang bertipe kelompok bisnis digerakkan oleh ikatan antar organisasi yang horizontal dan relatif egaliter berkombinasi dengan hubungan vertikal yang lebih hirearkis, dengan landasan otoritas dan kebijakan.

Alisansi strategis dan produksi bersama merupakan jaringan produksi yang lebih bersifat formal, karena dibentuk atas persetujuan bersama untuk bekerja sama yang jangka waktunya relatif pendek.

1 komentar: